KEHARMONISAN DALAM TINGGALAN ARKEOLOGI DI PURA DANGKA, TEMBAU, DENPASAR
Abstract
Dangka Tample is one of the temples that keep the archaeological remains of ancient Balinese era, still sacred, by its penyungsung people, because it has important meaning for harmony. This study aims to determine the meaning of harmony that is reflected in the remains of akeologi in the temple. This research is a qualitative research, whose data is collected through direct observation in Pura Dangka, analyzed by iconography, the results are presented in narrative, and completed with drawings. The results of this research are Linga-yoni, statue of Dewi Durga, statue of Ganesha, statue of Nandi. Of all these remains, there is Linga-yoni which has a larger size among the others, which is thought to be the main medium of worship, while the other remains as supporting media in achieving harmony.
Pura Dangka adalah salah satu pura yang menyimpan tinggalan arkeologi dari jaman Bali Kuno, masih dikeramatkan, oleh masyarakat penyungsungnya, karena memiliki makna penting untuk keharmonisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna keharmonisan yang tercermin pada tinggalan akeologi di pura tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang datanya dikumpulkan melalui observasi langsung di Pura Dangka, dianalisis secara ikonografi, hasilnya disajikan secara naratif, dan dilengkapi gambar. Hasil penelitian ini berupa Lingga-yoni, arca Dewi Durga, arca Ganesa, arca Nandi. Dari semua tinggalan tersebut, terdapat Lingga-yoni yang mempunyai ukuran yang lebih besar di antara tinggalan lainnya, yang diduga sebagai media utama pemujaan, sedangkan tinggalan lainnya sebagai media pendukung dalam mencapai keharmonisan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ardana, I Gusti Gede. 1982. Sejarah Perkembangan Hinduisme di Bali. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Ardika, I Wayan, I G. N. Tara Wiguna, I Ketut Setiawan, I Nyoman Wardi. 2013. “Sejarah Bali Kuno.” Dalam Sejarah Bali: dari Prasejarah hingga Modern, disunting oleh Ardika, I Wayan, I Gede Parimarta, dan A.A Bagus Wirawan, 104-249. Denpasar: Udayana University Press.
Badra, I Wayan. 1993. Sebuah Catatan tentang Arca Durga Mahisasuramardini di Kutri, Gianyar. Forum Arkeologi, No. 1: 32-37.
_____________. 2003. “Arca Binatang di Kompleks Candi Wasan.” Forum Arkeologi, No. 1: 41- 48.
Bagus, A.A. Gde. 2013. “Jelajah Arkeologi di Desa Penatih, Denpasar.” Dalam Peradaban Bali- Nusra dalam Perspektif Arkeologi, disunting oleh I Made Sutaba, 23-39. Denpasar: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Balai Arkeologi Denpasar.
_____________. 2015. “Arca Ganesa Bertangan Delapan Belas di Pura Pinggit Melamba Bunutin, Kintamanai, Bangli.” Forum Arkeologi. 28 (1): 25–34.
Geria, I Made. 2000. “Sekte Ganapati Implementasinya dalam Budaya Bali.” Forum Arkeologi, No. 2: 125-134.
Goris, R. 1974. Sekte-sekte di Bali. Jakarta: Bhratara.
Holt, Claire. 1915. Art in Indonesia Continuities and Change. New York.
Jendra, I Wayan. 2007. Sampradaya; Kelompok Belajar Weda, Aliran dalam Agama Hindu dan Budaya Bali. Denpasar: Panakom.
Koentjaraningrat. 2005. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia.
Maulana, Ratna Esih. 1993. Siva dalam Berbagai Wujud: Suatu Analisis Ikonografi di Jawa Masa Hindu-Buddha. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Badan Pengembangan Sumber daya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Rao, TA. Gopinatha. 1916. Elements of Hindu Iconography. Vol. I. Part 1. Mout Rood Madras: The Law Printing House.
Rema, Nyoman. 2015. “Aplikasi Ajaran Siwa Siddhanta di Situs Wasan.” Forum Arkeologi. 28 (1): 11–24.
Sanjaya, Gede Oka. 2010. Siwa Purana. Surabaya: Paramita.
Sastra, Gde Sara. 2008. Bhujangga Waisnawa dan Sang Trini. Denpasar: Pustaka Bali Post.
Sedyawati, Edi. 2009. Saiwa dan Bauddha di Masa Jawa Kuno. Denpasar: Departemen Agama R. I. Ditjen Bimas Hindu.
Sedyawati, Edi. 1994. Pengarcaan Ganesa Masa Kediri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Suantika, I Wayan. 2013. “Pura Puseh Kanginan Carangsari, sebagai Salah Satu Pusat Keagamaan pada Masa Bali Kuno.” Dalam Peradaban Bali-Nusra dalam Perspektif Arkeologi, disunting oleh I Made Sutaba, 140- 169. Denpasar: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Balai Arkeologi Denpasar.
Suantika, I Wayan, et al. 2015. “Bagian II Masa Hindu-Buddha.” Dalam Sejarah Gianyar dari Jaman Prasejarah sampai Modern, Edisi Pemutakhiran, disunting oleh Suarbhawa, I Gusti Made, A.A. Bagus Wirawan, I Made Sutaba, A.A. Gede Oka Astawa, 83-188. Denpasar: Pemerintah Kabupaten Gianyar, Balai Arkeologi Denpasar.
Soekatno, Endang Sri Hardiati. 1982. “Arca Ganesa dari Banyu Biru, Jawa Tengah.” Dalam Proseding Pertemuan Ilmiah Arkeologi II. 227-240. Jakarta: Puslibangarkenas.
Suarbhawa, I Gusti Made, I Nyoman Sunarya, I Wayan Sumerata, dan Luh Suwita Utami. 2013. “Prasasti Sukawana.” Berita Penelitian Arkeologi. Denpasar: Balai arkeologi Denpasar.
Sumerata, I Wayan dan Dewa Gede Yadhu Basudewa. 2016. “Arca Bercorak Siwaistis di Kota Denpasar, Bali.” Forum Arkeologi. 29 (1): 93-104.
Sutaba, Made. 1993. Peninggalan-peninggalan Arkeologi dan Spiritualitas Masyarakat Bali. Forum Arkeologi, No. 1: 26-31.
Titib, I Made. 2009. Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Widnya, I Ketut. 2008. “Pemujaan Siwa-Buddha dalam Masyarakat Hindu di Bali.” Mudra. 22 (1): 137-153.
DOI: http://dx.doi.org/10.24832/fa.v30i2.442
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.